Ransel sudah terisi penuh oleh bekal, alat shalat, air
minum dan pakaian. Bus Gunug Mulya sudah menanti tepat pukul 13.00 WIB.
Perjalanan dari Bogor menuju Yogyakarta dimulai dan jalur pantai utara dipilih
untuk menghindari kemacetan. Waktu yang tepakai untuk menempuh Bogor-Yogyakarta
adalah 18 jam. Keesokan harinya, saya yang saat itu bersama rombongan
CSS MoRA (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious Affairs) Nasional segera meninggalkan Balai
Tenaga Kerja yang menjadi tempat menginap kami di Yogyakarta menuju Taman Nasional Gunung Merapi.
Taman Nasional Gunung Merapi terletak diantara Kabupaten
Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sleman, dan
Provinsi DIY. Gunung Merapi dikenal sebagai salah satu
gunung api teraktif di dunia.
Setelah membeli
tiket masuk, tempat pertama yang saya kunjungi adalah sebuah taman yang
tanahnya masih di selimuti abu Gunung Merapi yang mengalami letusan pada 26
Oktober 2010 silam, suasananya sejuk meskipun matahari sudah berjalan menuju
setengah hari, karena ditumbuhi oleh
pepohonan yang besar dan rimbun. Dilokasi ini terdapat sebuah ayunan dan tempat
untuk beristirahat, disamping lokasi ini terdapat sebuah lembah dan sebuah
gunung kecil yang tidak terkena dampak letusan Merapi.
Setelah
bermain-main dan mendokumentasikan keindahan lokasi tersebut, tempat wisata yang
selanjutnya dikunjungi adalah Goa Jepang yang jaraknya cukup jauh yaitu 1 Km
dari Taman, jalan menuju goa berupa jalan setapak yang menanjak. Goa ini
berukuran kecil dan kedalamannya sekitar 10 meter. Disepanjang perjalanan
menuju goa ditemukan aliran air kecil yang mengalir dan pepohon yang rimbun. Pohon yang mendominasi dilokasi ini
adalah jenis Agathis dammara. Tanaman
ini dapat dimanfaatkan dalam industri kertas sebagai sizing paper, industri kayu sebagai bahan penambah kilap pernis,
cat, kini pernis untuk barang seni, industri tinta, industri coating (water resistant coating), obat sakit lepra, sakit kudis, bahan
pencampur lilin agar tidak terlalu lunak.
Taman Nasional Gunung Merapi nan sejuk dan indah telah
dilewati, kini saatnya berburu oleh-oleh untuk teman-teman dikampus. Pusat
jajanan khas Yogyakarta yang dikunjungi adalah Malioboro
yang terletak
sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta. Malioboro merupakan suatu kawasan
perdagangan yang menjadi
salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal oleh banyak orang.
Dilokasi ini ditemui banyak pedagang
kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan lokal seperti
batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu, makanan khas Jogja seperti bakpia,
juga
blangkon serta barang-barang perak,
hingga
pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat
perdagangan lain. Selain
bisa berbelanja dengan tenang dalam kondisi cuaca yang cerah, saya juga bisa menikmati pengalaman
belanja yang menyenangkan saat menawar harga. Harga bisa berkurang
sepertiga atau bahkan setengahnya. Dipertigaan jalan banyak ditemui pengemudi becak yang
sedang menunggu kedatangan penumpang. Tarifnya adalah Rp 5.000,00 untuk
berkeliling-keliling kawasan Malioboro.
Diujung
Malioboro,
terdapat bangunan
Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Benteng ini dulunya
merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan kraton. Tempat yang dibangun tahun 1765 ini
berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara
pemantau di empat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patroli. Dari menara
paling selatan, kita dapat
menikmati pemandangan ke Kraton Kesultanan Yogyakarta serta beberapa bangunan
historis lainnya. Pada
awalnya kami hendak berkunjung juga ke Kraton Kesultanan
Yogyakarta, namun karena
sudah terlalu sore sehingga kraton sudah tutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar