Selasa, 08 Januari 2013

Wisata Jogja

       Ransel sudah terisi penuh oleh bekal, alat shalat, air minum dan pakaian. Bus Gunug Mulya sudah menanti tepat pukul 13.00 WIB. Perjalanan dari Bogor menuju Yogyakarta dimulai dan jalur pantai utara dipilih untuk menghindari kemacetan. Waktu yang tepakai untuk menempuh Bogor-Yogyakarta adalah 18 jam. Keesokan harinya, saya yang saat itu bersama rombongan CSS MoRA (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious Affairs) Nasional segera meninggalkan Balai Tenaga Kerja yang menjadi tempat menginap kami di Yogyakarta menuju Taman Nasional Gunung Merapi.


Taman Nasional Gunung Merapi terletak diantara Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sleman, dan Provinsi DIY. Gunung Merapi dikenal sebagai salah satu gunung api teraktif di dunia. Setelah membeli tiket masuk, tempat pertama yang saya kunjungi adalah sebuah taman yang tanahnya masih di selimuti abu Gunung Merapi yang mengalami letusan pada 26 Oktober 2010 silam, suasananya sejuk meskipun matahari sudah berjalan menuju setengah hari,  karena ditumbuhi oleh pepohonan yang besar dan rimbun. Dilokasi ini terdapat sebuah ayunan dan tempat untuk beristirahat, disamping lokasi ini terdapat sebuah lembah dan sebuah gunung kecil yang tidak terkena dampak letusan Merapi.
Setelah bermain-main dan mendokumentasikan keindahan lokasi tersebut, tempat wisata yang selanjutnya dikunjungi adalah Goa Jepang yang jaraknya cukup jauh yaitu 1 Km dari Taman, jalan menuju goa berupa jalan setapak yang menanjak. Goa ini berukuran kecil dan kedalamannya sekitar 10 meter. Disepanjang perjalanan menuju goa ditemukan aliran air kecil yang mengalir dan pepohon yang rimbun. Pohon yang mendominasi dilokasi ini adalah jenis Agathis dammara. Tanaman ini dapat dimanfaatkan dalam industri kertas sebagai sizing paper, industri kayu sebagai bahan penambah kilap pernis, cat, kini pernis untuk barang seni, industri tinta, industri coating (water resistant coating), obat sakit lepra, sakit kudis, bahan pencampur lilin agar tidak terlalu lunak.
Taman Nasional Gunung Merapi nan sejuk dan indah telah dilewati, kini saatnya berburu oleh-oleh untuk teman-teman dikampus. Pusat jajanan khas Yogyakarta yang dikunjungi adalah Malioboro yang terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta. Malioboro merupakan suatu kawasan perdagangan yang menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal oleh banyak orang. Dilokasi ini ditemui banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu, makanan khas Jogja seperti bakpia, juga blangkon serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain. Selain bisa berbelanja dengan tenang dalam kondisi cuaca yang cerah, saya juga bisa menikmati pengalaman belanja yang menyenangkan saat menawar harga. Harga bisa berkurang sepertiga atau bahkan setengahnya. Dipertigaan jalan banyak ditemui pengemudi becak yang sedang menunggu kedatangan penumpang. Tarifnya adalah Rp 5.000,00 untuk berkeliling-keliling kawasan Malioboro.
Diujung Malioboro, terdapat bangunan Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Benteng ini dulunya merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan kraton. Tempat yang dibangun tahun 1765 ini berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara pemantau di empat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patroli. Dari menara paling selatan, kita dapat menikmati pemandangan ke Kraton Kesultanan Yogyakarta serta beberapa bangunan historis lainnya. Pada awalnya kami hendak berkunjung juga ke Kraton Kesultanan Yogyakarta, namun karena sudah terlalu sore sehingga kraton sudah tutup.

Tidak ada komentar: